“Saya
memang suka wayang dari kecil. Saat SMP dapat pelajaran metode
pembuatannya. Saya mulai tertarik belajar membuat wayang,” tutur Mawan.
Kecintaan
Mawan terhadap wayang terus tumbuh hingga menginjak dewasa. Ia makin
jatuh cinta setelah menemukan software pengolah gambar berbasis vector.
Mulailah ia mewujudkan mimpinya menciptakan wayang berbentuk digital.
Setiap
tahap pembuatan wayang, Mawan menjelaskan, selalu dikerjakan sesuai
dengan pakem pengerjaan wayang kulit tradisional. Ia mencontohkan,
pengerjaan wayang digital juga melewati proses menatah atau memahat dan
menyungging atau mewarnai seperti layaknya pembuatan wayang tradisional.
Pembuatan
wayang digital diakuinya tidak begitu rumit, sebab sebagian software
pengolahan gambar telah mendukung fasilitas layer atau lapisan. Lapisan
itu sendiri adalah tumpukan gambar yang mendukung gambar transparan,
sehingga memungkinkan untuk melakukan pengolahan dan memanipulasi obyek
gambar untuk dikombinasikan dengan gambar lainnya.
“Dalam
pembuatan wayang ada tahapan-tahapannya, baik ketika memahat maupun
mewarnai. Semua metode pembuatan wayang ini ternyata bisa
ditransformasikan ke cara digital,” tutur Mawan.
Dirasa
berhasil, Mawan lantas mengajak dua rekannya, Rina Mardiana dan Dhiny
untuk berkolaborasi mempromosikan metode ini. Pengertian e-wayang
menurut mereka sangat berbeda dengan wayang digital yang selama ini
diasumsikan orang.
“Definisi
e-wayang berbeda. Sebelum memberi nama e-wayang, kita sudah bandingkan
dengan apa yang sering disebut orang sebagai wayang digital,” kata Rina
yang ditugasi membuat konten cerita wayang.
Sebuah
penelitian tentang wayang yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kominfo) dan lembaga Riset dan Teknologi (Ristek) 2010
silam, tiga serangkai ini mendapatkan kesempatan mempresentasikan
penemuannya itu dihadapan sejumlah pejabat.
Pengertian
e-wayang, menurut paparan mereka, adalah proses pembuatan wayang yang
menggunakan sarana dan fasilitas digital (komputerisasi) termasuk
bagaimana seseorang memainkan wayang menggunakan layar komputer.
Proses
pembuatan ini menurutnya berbeda dengan proses mengubah format wayang
non-digital menjadi format elektronik. Rina menjelaskan, e-wayang
bukanlah hasil fotografi atau video yang diabadikan dari sebuah wayang
atau pertunjukan wayang.
“e-wayang
dari awal hingga akhir proses pengerjaannya adalah transformasi cara
tradisional menjadi digital. Namun pakem-pakem pembuatan wayang
tradisional tetap dipertahankan,” jelasnya.
Berikut adalah sebagian contoh tahap penggarapan e-wayang
Social Links: