Pasukan khusus Korsel membekuk perompak Somalia
Perompak Somalia pada 16 Maret 2011 berhasil membajak kapal PT. Samudera Indonesia yang diawaki oleh 20 anak buah kapal (ABK). Kehabisan makanan dan obat-obatan, keadaan mereka kini kian kritis.
Rezky Judiana, putri salah seorang awak kapal yang ditawan, Slamet Juari, mengungkapkan kondisi ayahnya dan beberapa tawanan lainnya semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan komunikasinya dengan sang ayah, para perompak membatasi makan dan minum mereka.
Setelah melakukan perundingan antara pihak ABK dan para perompak, akhirnya disepakati tebusan untuk mereka diturunkan menjadi sebesar US$3 juta (27 miliar). Sebelumnya pihak perompak meminta tebusan hingga US$3,5 juta (30 miliar).
Sementara itu, pihak Samudera Indonesia yang diwakili oleh wakil presiden direktur, David Batubara, mengatakan bahwa ini bukan soal tebusan. Namun, dia tidak memastikan apakah pihak Samudera Indonesia sudah menyiapkan tebusannya atau belum.
Samudera Indonesia meminta keluarga para awak tak terlalu khawatir. Sebab, "Dalam lebih dari 200 kasus pembajakan tidak pernah terdokumentasikan para pembajak menyakiti, kecuali ada perlawanan dari awak kapal."
***
Sebelumnya, kasus serupa juga pernah dialami oleh negara jiran kita, Malaysia, pada 22 Januari lalu. Kala itu, perampok Somalia telah berhasil menguasai kapal berbendera Malaysia di Teluk Aden. Namun, berkat kesigapan angkatan laut Malaysia yang memang berpatroli di wilayah tersebut, perompak berhasil dilumpuhkan.
Angkatan Laut Kerajaan Malaysia mengatakan, pasukan komandonya melukai tiga orang perompak dalam baku tembak dan berhasil menyelamatkan 23 kru kapal MT Bunga dari perompak yang menyerbu kapal dengan senjata pistol dan senapan.
Keberadaan Angkatan Laut Malaysia di Teluk Aden berfungsi untuk mengawal kapal yang berkaitan dengan kepentingan negeri jiran. Serangan itu terjadi hanya dua jam setelah angkatan laut meninggalkan MT Bunga usai mengawal kapal itu ke wilayah yang dianggap relatif aman di perairan Teluk Aden, sekitar 500 kilometer di lepas pantai timur Oman.
Kisah sukses penyelamatan warga negara dari perompak juga dilakukan oleh Korea Selatan, sehari sebelum keberhasilan Malaysia, 21 Januari 2011. Penyerbuan dilakukan setelah kapal ini dilacak keberadaannya sejak dibajak pada 15 Januari.
Kala itu pasukan khusus Korsel menyerbu kapal Samho Jewelery yang membawa puluhan ribu ton bahan kimia. Penyerbuan berhasil menyelamatkan ABK berjumlah 21 orang, dua diantaranya adalah warga negara Indonesia.
Malaysia dan Korea Selatan memang sejak 2009 lalu tergabung dalam gugus tugas pengamanan kapal kargo di perairan Teluk Aden, perairan yang disebut sebagai zona panas perompakan.
Mereka tergabung dalam gugus tugas gabungan 151 yang terdiri dari angkatan tempur gabungan 20 negara. Diantaranya adalah Singapura, Korea Selatan, Kanada, Denmark, Prancis, Belanda, Pakistan, Inggris dan Amerika Serikat.
***
Kisah keberhasilan dua negara ini kiranya dapat menjadi pelajaran dan perhitungan bagi pemerintah Indonesia dalam menghadapi perompak kali ini. Namun tidak demikian menurut Deputi Kemenko Polhukam, Sagom Tamboen.
Dia mengatakan kasus yang dialami Indonesia berbeda dengan kasus dua negara tersebut. Dia menjelaskan bahwa Korsel dan Malaysia dapat dengan mudah meringkus para perompak karena kapal yang dibajak masih berada di Teluk Aden.
"Kasus kali ini berbeda dengan Korsel dan Malaysia. Kala itu para perompak masih berada di Teluk Aden sehingga mudah melakukan koordinasi dengan para pasukan internasional yang berada di sana," ujar Tamboen.
"Perompak yang menahan Indonesia diperkirakan telah memasuki perairan Somalia, sehingga menyulitkan kita untuk masuk," tambahnya.
Tamboen menjelaskan bahwa kapal negara lain tidak bisa sembarangan memasuki perairan ini, harus terlebih dahulu meminta persetujuan dari pemerintah Somalia.
"Masalahnya adalah Somalia dianggap sebagai negara gagal dengan pemerintahan yang tidak efektif. Kalau sudah begini, kepada siapa kami meminta izin," ujarnya.
Dia mengatakan bahwa jika saja perampok berada di perairan bebas, pemerintah Indonesia bisa dengan leluasa berkomunikasi maupun melakukan tindakan agresif.
Rezky Judiana, putri salah seorang awak kapal yang ditawan, Slamet Juari, mengungkapkan kondisi ayahnya dan beberapa tawanan lainnya semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan komunikasinya dengan sang ayah, para perompak membatasi makan dan minum mereka.
Setelah melakukan perundingan antara pihak ABK dan para perompak, akhirnya disepakati tebusan untuk mereka diturunkan menjadi sebesar US$3 juta (27 miliar). Sebelumnya pihak perompak meminta tebusan hingga US$3,5 juta (30 miliar).
Sementara itu, pihak Samudera Indonesia yang diwakili oleh wakil presiden direktur, David Batubara, mengatakan bahwa ini bukan soal tebusan. Namun, dia tidak memastikan apakah pihak Samudera Indonesia sudah menyiapkan tebusannya atau belum.
Samudera Indonesia meminta keluarga para awak tak terlalu khawatir. Sebab, "Dalam lebih dari 200 kasus pembajakan tidak pernah terdokumentasikan para pembajak menyakiti, kecuali ada perlawanan dari awak kapal."
***
Sebelumnya, kasus serupa juga pernah dialami oleh negara jiran kita, Malaysia, pada 22 Januari lalu. Kala itu, perampok Somalia telah berhasil menguasai kapal berbendera Malaysia di Teluk Aden. Namun, berkat kesigapan angkatan laut Malaysia yang memang berpatroli di wilayah tersebut, perompak berhasil dilumpuhkan.
Angkatan Laut Kerajaan Malaysia mengatakan, pasukan komandonya melukai tiga orang perompak dalam baku tembak dan berhasil menyelamatkan 23 kru kapal MT Bunga dari perompak yang menyerbu kapal dengan senjata pistol dan senapan.
Keberadaan Angkatan Laut Malaysia di Teluk Aden berfungsi untuk mengawal kapal yang berkaitan dengan kepentingan negeri jiran. Serangan itu terjadi hanya dua jam setelah angkatan laut meninggalkan MT Bunga usai mengawal kapal itu ke wilayah yang dianggap relatif aman di perairan Teluk Aden, sekitar 500 kilometer di lepas pantai timur Oman.
Kisah sukses penyelamatan warga negara dari perompak juga dilakukan oleh Korea Selatan, sehari sebelum keberhasilan Malaysia, 21 Januari 2011. Penyerbuan dilakukan setelah kapal ini dilacak keberadaannya sejak dibajak pada 15 Januari.
Kala itu pasukan khusus Korsel menyerbu kapal Samho Jewelery yang membawa puluhan ribu ton bahan kimia. Penyerbuan berhasil menyelamatkan ABK berjumlah 21 orang, dua diantaranya adalah warga negara Indonesia.
Malaysia dan Korea Selatan memang sejak 2009 lalu tergabung dalam gugus tugas pengamanan kapal kargo di perairan Teluk Aden, perairan yang disebut sebagai zona panas perompakan.
Mereka tergabung dalam gugus tugas gabungan 151 yang terdiri dari angkatan tempur gabungan 20 negara. Diantaranya adalah Singapura, Korea Selatan, Kanada, Denmark, Prancis, Belanda, Pakistan, Inggris dan Amerika Serikat.
***
Kisah keberhasilan dua negara ini kiranya dapat menjadi pelajaran dan perhitungan bagi pemerintah Indonesia dalam menghadapi perompak kali ini. Namun tidak demikian menurut Deputi Kemenko Polhukam, Sagom Tamboen.
Dia mengatakan kasus yang dialami Indonesia berbeda dengan kasus dua negara tersebut. Dia menjelaskan bahwa Korsel dan Malaysia dapat dengan mudah meringkus para perompak karena kapal yang dibajak masih berada di Teluk Aden.
"Kasus kali ini berbeda dengan Korsel dan Malaysia. Kala itu para perompak masih berada di Teluk Aden sehingga mudah melakukan koordinasi dengan para pasukan internasional yang berada di sana," ujar Tamboen.
"Perompak yang menahan Indonesia diperkirakan telah memasuki perairan Somalia, sehingga menyulitkan kita untuk masuk," tambahnya.
Tamboen menjelaskan bahwa kapal negara lain tidak bisa sembarangan memasuki perairan ini, harus terlebih dahulu meminta persetujuan dari pemerintah Somalia.
"Masalahnya adalah Somalia dianggap sebagai negara gagal dengan pemerintahan yang tidak efektif. Kalau sudah begini, kepada siapa kami meminta izin," ujarnya.
Dia mengatakan bahwa jika saja perampok berada di perairan bebas, pemerintah Indonesia bisa dengan leluasa berkomunikasi maupun melakukan tindakan agresif.
Social Links: