1. Spiritualitas
Pernahkah Anda melihat gambar-gambar wanita Mesir Kuno? Kecantikan klasik mereka dihiasi dengan warna yang mencolok. Bagi mereka, penampilan yang menarik dan aroma tubuh merupakan hal penting, karena ekspresi dari ungkapan 'kebersihan adalah nilai-nilai ketuhanan'.
Masyarakat Mesir Kuno tergolong sebagai orang yang sangat religius dan percaya bahwa penampilan mereka secara langsung berhubungan dengan tingkat spiritualitas. Karena itu, dalam keadaan sembahyang pun, mereka harus menemukan cara untuk membuat dirinya terlihat rapi dan menarik.
Mereka juga dikenal sebagai orang yang sangat pandai dan inovatif. Penemuan kosmetik adalah inovasi yang mereka kembangkan dari bahan-bahan alami. Percayakah Anda bahwa mereka memiliki produk kosmetik yang dapat menghilangkan strecth mark, keriput, bekas luka, dan membuat rambut berkilau pada sekitar tahun 15 hingga 10 SM?
Beberapa kosmetik lainnya yang berkembang saat itu adalah riasan mata, krim wajah, dan parfum. Penemuan kosmetik saat itu erat kaitannya dengan penggunaan bahan yang disebut dengan mesdemet yang terbuat dari tembaga dan oksidasi timah. Bahan tersebut memang tidak aman untuk diaplikasikan pada wajah, tapi mereka melakukannya karena kedua bahan mampu bekerja dengan sempurna.
Mereka menggunakan warna hijau di garis mata bagian bawah, warna hitam atau abu-abu pada garis mata atas dan kelopak mata. Selain dipercaya dapat mempercantik penampilan mereka, warna-warna tersebut juga dipercaya dapat menangkal mata setan.
Mata setan diartikan sebagai serangga, karena saat itu terdapat banyak serangga penggangu di sekitar Sungai Nil. Kosmetik dibuat dengan tujuan ganda dan banyak yang digunakan sebagai sarana pengobatan.
Kombinasi almond bakar dengan tembaga dan biji timah digunakan sebagai riasan mata yang disebut celak atau eyeliner. Bubuk hitam tersebut diaplikasikan dengan menggunakan tongkat tembaga kecil. Sedangkan untuk mendapatkan warna merah pada pipi dan bibir, mereka mencampurkan tanah merah dan air. Kecantikan kuku pun tak dilupakan. Mereka menggunakan tumbuhan hena untuk mewarnai kuku dengan warna oranye atau kuning.
Orang-orang Mesir Kuno tak hanya pandai dalam menggunakan produk-produk alam. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh L'Oreal bersama peneliti Louvre di Paris mengungkapkan bahwa mesdemet terbuat dari 7-10 persen lemak. Dan, hal tersebut sama saja dengan komponen-komponen kosmetik saat ini.
2. Perubahan fungsi kosmetik
Pada 10.000 SM, kosmetik tak hanya digunakan untuk meningkatkan kecantikan wanita, tapi juga pria. Untuk membersihkan kosmetik, mereka menggunakan pembersih yang terbuat dari minyak nabati atau hewani yang dicampur dengan bubuk kapur.
Udara yang panas pun membuat mereka menggunakan minyak parfum untuk menjaga kelembutan kulit dan wangi tubuh. Seiring berjalannya waktu, melalui invasi dan migrasi, serta akulturasi budaya, fungsi kosmetik pun berubah. Jika orang-orang Mesir Kuno menggunakan kosmetik yang berhubungan erat dengan kepercayaan mereka, Orang Yunani kuno menggunakan kosmetik untuk menarik perhatian lawan jenis.
Lain lagi dengan orang-orang Romawi yang menggunakan kosmetik dengan latar belakang kesombongan. Tak hanya di wajah, mereka bahkan menggunakan kosmetik di seluruh tubuhnya. Seorang Romawi bernama Platus bahkan berujar 'wanita tanpa kosmetik seperti makanan tanpa garam'.
Gaya hidup orang Romawi tanpa batas, termasuk sumber kosmetik yang mereka gunakan. Misalnya, mereka menggunakan lemak dari domba, dicampur dengan darah untuk membuat cat kuku. Mereka bahkan mandi menggunakan lumpur yang dicampur dengan kotoran buaya.
3. Tren wajah pucat
Selama berabad-abad, wajah pucat adalah penampilan yang sangat diinginkan karena akan mendefinisikan strata yang tinggi pada kehidupan sosial. Itu karena mereka yang bekerja di ladang akan memiliki kulit yang kusam dan hitam, sementara yang bekerja di dalam ruangan akan memiliki kulit putih.
Lalu, mereka yang berkulit pucat memiliki banyak uang sehingga tidak perlu bekerja. Untuk mendapatkan penampilan tersebut, para wanita dan pria menggunakan bedak bubuk yang terbuat dari hidroksida, karbonat, dan oksida timah.
Sayangnya, ada harga yang harus dibayar untuk mendapatkan bedak tersebut. Karena itulah, mereka mencari alternatif kosmetik lainnya. Pada abad ke-19, bedak yang terbuat dari hasil oksidasi besi ditemukan. Bedak inilah yang masih digunakan hingga saat ini.
Seiring dengan perpindahan industri kosmetik ke Hollywood di abad ke-20, tren wajah pucat tergantikan oleh kulit kecokelatan. Inilah yang menjadi landasan baru bagi penciptaan seluruh produk kecantikan. Pada 1929, muncul foundation dan bedak yang dapat mencokelatkan kulit secara instan.
4. Penampilan lebih muda
Selama tahun 1900, banyak wanita paruh baya melakukan kegiatan di dunia hiburan. Karena itulah mereka harus terlihat cantik dan lebih muda. Namun, gaya hidup yang tidak sehat seperti tidak makan makanan sehat, tidak berolahraga, dan hidup di dalam udara penuh polusi, membuat penampilan terlihat lebih tua.
Sehingga, mereka sangat bergantung pada kosmetik, terutama krim wajah dan produk anti penuaan. Cara lainnya, mereka selalu menyempatkan diri mengunjungi salon-salon kecantikan. Salah satu salon yang paling terkenal pada masa itu adalah House of Cyclax di London.
Lucunya, mereka sangat malu mengakui kalau memerlukan perawatan kecantikan. Karena itu, perawatan dilakukan secara diam-diam. Pemilik House of Cyclax juga menjual krim wajah, dan perona pipi secara diam-diam. Salah satu produknya adalah kertas bubuk berwarna, yang jika ditekan pada wajah yang berminyak, maka minyak akan terserap di kertas tersebut dan wajah menjadi bersinar.
5. Industri kosmetik populer di abad ke-20
Seiring meningkatnya popularitas salon kecantikan di abad ke-20, penjualan kosmetik tak lagi dilakukan diam-diam. Industri kosmetik pun semakin mapan. Hal ini dimulai dari pergerakan penjualan kosmetik oleh Salon Selfridges yang dibuka di London pada 1909. Wanita semakin percaya diri dan tidak khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan.
Kosmetik adalah bagian dari seni. Salah satu pengaruh terbesar dari perkembangan kosmetik adalah seni pertunjukan, lebih tepatnya balet. Ketika penari Balet asal Rusia datang ke London, seorang desainer, Paul Poiret, mengambil gaya tersebut dan menciptakan keseluruhan penampilan mereka yang lebih berwarna. Penampilan tersebut tercermin pada kosmetik, tidak hanya pada pakaian yang digunakan.
Peran kosmetik sempat tergantikan dengan adanya tren tato. Beberapa wanita lebih memilih menato alis, pipi dan bibir agar tidak direpotkan dengan ritual berdandan setiap hari. Penggunaan kosmetik juga sempat menyusut selama Perang Dunia II karena mereka kekurangan bahan untuk memproduksi kosmetik. Namun, ketika perang usai, wanita kembali dimanjakan dengan berbagai macam kosmetik.
6. Menutupi kekurangan
Saat ini, kosmetik pun menjadi kebutuhan mendasar bagi penampilan wanita dan pria. Tak peduli apa pekerjaan Anda, kosmetik dapat memengaruhi seluruh penampilan Anda. Sama seperti tujuan dari perkembangan fashion, berbagai macam kosmetik beredar di masyarakat untuk membantu Anda menutupi kekurangan pada tubuh.
sumber
Social Links: