Jazz adalah aliran musik yang berasal dari Amerika Serikat pada awal abad ke-20 dengan akar-akar dari musik Afrika dan Eropa.
Musik jazz banyak menggunakan gitar, bass trombon, piano, trompet, dan saksofon. Elemen penting dalam jazz adalah blue notes, improvisasi, polyrhythms, sinkopasi, dan shuffle note.
Banyak musisi jazz luar yg terkenal sampai ke Indonesia, dari jamannya Louis Armstrong sampai dengan Norah Jones.
Mungkin segelintir yang tau musisi jazz hebat yang berasal dari negeri kita sendiri.
Kali ini ane coba rangkum beberapa musisi jazz Indonesia yang menurut pendapat ane hebat.
Mungkin ada yg tidak sesuai dengan pendapat agan-agan yang lain, mohon disharing juga ya gan pendapat agan.
1. Indra Lesmana
Lahir di Jakarta, 28 Maret 1966 adalah salah satu musisi jazz, produser, komposer, sound engineer dari, yang merupakan anak dari tokoh jazz legendaries Indonesia, Jack Lesmana dan penyanyi senior Indonesia berdarah pada tahun 60-an Nien Lesmana.
Karier Hebat musik Jazz Indra dalam dunia musik dimulai saat usianya baru 10 tahun. Ia tampil bersama ayahnya di Bandung pada bulan Maret 1976 dengan instrumen keyboard. Dua bulan kemudian, bertempat di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Indra bermain keyboards dalam sebuah konser jazz yang melibatkan musisi senior seperti Jack Lesmana, Benny Likumahuwa, dan penyanyi Broery Marantika. Tahun 1978, Indra mulai merekam dan merilis album pertamanya “Ayahku Sahabatku”. Sejak awal, gaya bermusik Indra telah banyak dipengaruhi oleh gaya John Coltrane, Miles Davis, Mc Coy Tyner dan Charlie Parker, yang dipelajarinya melalui rekaman musik-musik jazz.
2. Bubi Chen
Lahir di Surabaya, Jawa Timur, 9 Februari 1938 – meninggal di Semarang, Jawa Tengah, 16 Februari 2012 pada umur 74 tahun adalah seorang pemusik jazz Indonesia. Saat berusia 5 tahun oleh ayahnya Tan Khing Hoo, Bubi diserahkan kepada Di Lucia, seorang pianis berkebangsaan Italia, untuk belajar piano. Saat itu Bubi belum bisa membaca apalagi memahami not balok. Meskipun begitu, Bubi Chen bisa mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh Di Lucia karena Bubi Chen sudah terbiasa melihat kakak-kakaknya, Jopie Chen dan Teddy Chen, saat sedang berlatih piano. Bubi Chen belajar pada Di Lucia hingga tahun kemerdekaan Indonesia.
3. Pra Budi Dharma
Lulusan Seni dari University of Washington ini bermain gitar dan bass profesional di Seattle, Amerika Serikat selama bertahun-tahun sebelum kembali ke Indonesia pada tahun 1984 dan mendirikan Krakatau. Dia telah mempelajari dan bereksperimen dengan musik tradisional Jawa Barat sejak tahun 1988. Pra Budi telah bekerja pada staf A & R dari Billboard Indonesia dan sebagai produser untuk sebuah label rekaman independen yang mengkhususkan diri dalam rekaman musik tradisional Jawa Barat.
4. Jack lesmana
Ayah dari musisi Jazz Indonesia juga, Indra Lesmana,. Pada usia 10 tahun Jack telah pandai bermain gitar. Dua tahun kemudian ia berkenalan dengan musik jazz dengan bermain dalam sebuah kelompok musik Dixieland.
Pada usia 15 tahun, ia pernah bergabung sebagai gitaris pada grup musik Berger Quartet yang terdiri dari Berger (piano), Putirai (drum), dan Jumono (bass). Ia juga ikut memainkan boogie-woogie bersama Boogie-Woogie Rhytmics dengan para pemusik antara lain : Micki Wyt sebagai pemimpin dan pemain piano, Oei Boeng Leng (gitar), Jack Lesmana memainkan (bass) dan Benny Heynen (klarinet). Setelah itu bersama Maryono (klarinet), Andy Sayifin (saksofon alto), Lody Item (gitar, ayah dari musisi Jopie Item), Suwarto (piano), Tuharjo dan Kadam (trompet), bergabung dalam band Irama Samudra. Kemudian bersama Maryono dan Bubi Chen, Jack Lesmana mendirikan Jack Lemmers Quartet, yang kemudian pada akhirnya diubah namanya menjadi Jack Lesmana Quintet salah satu grup jazz yang membesarkan nama-nama mereka.
5. Mus Mudjiono
Mus Mujiono lahir di Surabaya, Jawa Timur, 15 Maret 1960 adalah seorang musisi jazz Indonesia. Nono, demikian biasa dipanggil sangat menyukai musik dan menguasai hampir semua alat musik, dari keyboard, drum,gitar, saksofon, kecuali trompet. Nono juga mendapat julukan sebagai 'George Benson Indonesia'.
Nono besar di keluarga musisi. Ayahnya adalah musisi keroncong, sedangkan kakaknya, Mus Mulyadi, juga penyanyi keroncong. Sejak kelas enam SD, Nono sudah belajar gitar. Salah satu gurunya adalah Harris Sormin dari group band AKA. Kemampuannya bermain musik sangat memikat, bahkan diusianya yang baru 18 tahun, Nono telah rekaman dengan bandnya, The Hands.
Nono belajar jazz dari Jun Sen, gitaris jazz terkemuka asal Surabaya seangkatan Bubi Chen. Dari musisi yang juga pengusaha alat musik itulah ia mulai mengenal berbagai teori jazz. Nono juga belajar privat gitar klasik, agar bisa membaca not balok dengan baik. Nono tertarik pada George Benson, karena kesederhanaan permainan gitarnya. Saat itu kebanyakan gitaris rock bermain dengan berbagai macam efek aneh, berbeda dengan George Benson yang hanya memakai mulut saja. Oleh karena itu, Nono mulai mempelajari teknik scating yang merupakan ciri dari George Benson.
6.Fariz RM
Fariz Rustam Munaf yang lebih dikenal dengan nama Fariz RM lahir di Djakarta,5 Januari 1961 adalah seorang penyanyi dan musikus Indonesia. Dia dikenal masyarakat melalui lagu-lagu ciptaannya, seperti Barcelona dan Sakura, yang sempat menjadi hits pada awal dekade 1990-an.
7.Gilang ramadhan
Sejak masih kanak-kanak, Gilang telah berkenalan dengan berbagai alat musik, seperti piano, biola, dan alat musik yang paling disukainya, drum. Gilang belajar biola pertama kali di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada tahun 1971. Ia menjadi murid termuda disana. Pendalaman musiknya berlanjut ketika dua tahun kemudian. Gilang sempat pergi ke Perancis untuk belajar piano dan organ pada Slamet Abdul Sjukur, komponis kondang yang juga sempat menularkan ilmunya pada Paramitha Rusady dan Soe Tjen Marching.
Adik Gumilang Ramadhan ini meneruskan studinya di Amerika Serikat di Hollywood Professional School, pada jurusan musik tahun 1980-1982. Pada saat yang hampir sama tahun 1981-1984 Gilang belajar di Los Angeles City College (LACC), mengambil jurusan Perkusi. Gilang sempat bermain di beberapa band di Amerika, antara lain bergabung dengan LACC Big Band yang beraliran mainstream jazz pada tahun 1983 yang membuat dia dikenal secara luas sebagai musisi jazz yang hebat.
8. Dwiki Dharmawan
Sejak kecil Dwiki telah akrab dengan musik. Pada usia 6 tahun, ia telah belajar piano klasik dan belajar piano jazz kepada Elfa Secioria pada usia 13 tahun. Ia adalah lulusan SMA 3 Bandung Jurusan IPS, angkatan 1985. Karier profesionalnya bermula di tahun 1985 saat bergabung dengan grup musik Krakatau bersama Pra Budi Dharma, Donny Suhendra, dan Budhy Haryono. Pada tahun yang sama, Dwiki meraih penghargaan ‘The Best Keyboard Player’ pada Yamaha Light Music Contest 1985 di Tokyo, Jepang. Dwiki juga meraih Grand Prize Winner pada Asia Song Festival 2000 di Philipina.
9. Benny likumahua
Salah satu maestro musisi jazz Indonesia Benny mulai mengenal musik dari ibunya. Sejak remaja ia belajar musik dan not balok secara otodidak. Awalnya dia memainkan bongo, kemudian mengganti instrumennya dengan bass sebagai alat musik utamanya. Ketika Benny mulai tertarik dengan musik jazz, dia mengganti instrumennya dengan clarinet, kemudian saksofon, ia juga belajar meniup trombon. Pada tahun 1966 Benny bergabung dengan Cresendo Band dari Bandung.
Setelah 2 tahun kemudian kira-kira tahun 1968 Benny bergabung dengan The Rollies dan sempat recording untuk Polygram di Singapura serta tour keliling Indonesia makanya dia dahulu termasuk musisi jazz yang hebat di Indonesia ini. Ia juga bermain dalam berbagai band di klub-klub malam kota Bangkok, kemudian dia membentuk The Augersindo dan bermain keliling di negara-negara Asia. Lalu ia kembali lagi ke Jakarta bergabung dengan The Jazz Raiders, Jack Lesmana Combo, Trio ABC (Abadi Soesman, Benny Likumahuwa, dan Candra Darusman). Kemudian pada tahun 1980 Benny bergabung lagi bersama Ireng Maulana All Star.
10. Ireng Maulana
Ireng Maulana salah satu penggemar gitar fender putra dari pasangan Max Maulana dengan Georgiana Sinsoe. Bakat musiknya menurun dari ayahnya, seorang pemain gitar asal Cirebon dan ibunya asal Sangir, adalah seorang penyanyi yang pandai memainkan piano. Nama Ireng diperoleh pada masa kanak-kanak. Adik kandung Kiboud Maulana ini terpaksa dititipkan orang tuanya kepada orang lain, untuk mengubah tabiatnya yang amat bandel. Kebetulan yang menerimanya adalah tetangganya, orang Jawa, yang kemudian memberi nama baru musisi jazz ini manjadi “Ireng”, yang artinya hitam, meskipun kulit si kecil anak putih bersih. Kesenangan akan musik jazz mungkin turun dari pamannya, Tjok Sinsoe, pemain bass pada era jazz tahun 40-an.
Tahun 1978 mendirikan grup Ireng Maulana All Stars dengan delapan anggota antara lain, Benny Likumahuwa, (trombone), Hendra Wijaya (piano),Maryono (saksofon), Benny Mustapha (drums), Karim Tes (trompet), Roni, (bass) dan Ireng Maulana sendiri pada (gitar dan banjo). Kelompok ini terus berkembang hingga terbentuknya Ireng Maulana Associates, sebuah organisasi tempat bergabung para musisi jazz di Jakarta. Dengan lembaga ini pula Ireng menyelenggarakan pesta musik jazz internasional Jakarta Jazz Festival. Selain itu ia juga pernah ikut tampil di North Sea Jazz Festival di Belanda.
Penampilannya dalam Festival Jazz Internasional di Singapura, September tahun 1983, mungkin tidak terlupakan Ireng Maulana. Dengan membawa bendera Ireng Maulana All Stars, sambutan penonton di luar dugaan. Mulanya terkesima, lalu di akhir pertunjukan mereka berdiri, bertepuk tangan, dan meneriakkan bis”(lagi) berkali-kali. Esoknya, pada tanggal 25 September 1983, surat kabar The Sunday Times, muncul dengan berita berjudul Standing Ovation for Jazz Group. Hal yang konon belum pernah dilakukan sebelumnya oleh penonton Singapura, terutama untuk musik jazz.
Social Links: